Bantuan Untuk Kariu Terus Berdatangan “Pemda Segera Melihat Kebutuhan Pengungsi Di Aboru”

Kabaresijurnalis.com, Ambon- Sudah memasuki hari ke lima pasca kejadian konflik antar warga masyarakat Negeri Kariu dengan Ori dan Pelau Kecamatan Pulau Huruku Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), menyebabkan menyebabkan masyarakat Negeri Kariu harus mengungsi ke Negeri Aboru sejak 26 Januari 2022.
Banyak sekali bantuan yang masuk berdatangan dari berbagai elemen masyarakat baik perseorangan maupun lembaga dan kelompok masyarakat dari berbagai daerah yang ada di Maluku.
“Memasuki hari kelima pengungsi masyarakat Negeri Kariu di Negeri Aboru, banyak sekali aliran bantuan dari berbagi elemen masyarakat, lembaga perorangan, hal ini karena empati, simpati dari semua pihak baik perorangan kelompok bahkan lembaga lembaga yang melihat kondisi yang dirasakan kami masyarakat Kariu dan sampai hari ini bantuan masih terus berdatangan.” Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Negeri (SekNeg) Kariu Estevanus Leatomu, SH kepada awak media, Sabtu, (29/1/22) di lokasi pengungsian Negeri Aboru Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Malteng.
Menurutnya, sesua data dari bantuan yang sudah masuk pada posko bantuan bagi pengungsi Kariu sebanyak 18 kelompok yang berasal dari kelompok berbeda-beda. Sementara untuk data kepala keluarga masyarakat Negeri Kariu sesuai data Pemerintah Negeri Kariu sebanyak 336 kepala keluarga yang tergusur akibat konflik tanggal 26 Januari 2022.
“ 365 kepala keluarga ini tidak semua tidak terpusat mengungsi di Aboru, ada yang ke Negeri Hulaliu, ada juga yang ke Negeri Oma mapun Haruku dan lain sebagainya, semua itu karena hubungan emosional tetapi sebelumnya semua terpusat pada Negeri Aboru ,” jelasnya.
Terhadap bantuan yang di terima kata Leatomu, seperti tenda yang akan digunakan sebagai sarana penampungan pengungsi masyarakat Kariu dan itu sudah ada namun kita sementara menunggu pembersihan lokasi mengingat situasi yang di alam.
“Semuanya belum sempat di kerjakan karena belum pembersihan lokasi sehingga pengungsi masih tersebar dihapir setiap kepala keluarga yang ada di Negeri Aboru dan juga kurang lebih 30 kepala keluarga yang menempati lokasi di Sekolah Dasar (SD) Negeri Satu Aboru, sementara yang lain tersebar secara alami karena hubungan emosional kekeluargaan.” Terangnya.
Menurutnya, peristiwa ini sudah kali kedua yang dialami oleh masyarakat Negeri Kariu, sehingga dengan peristiwa ini dan saat masyarakat Negeri Kariu datang masuk ke Aboru, setiap kepala keluarga di Aboru langsung meminta dengan senang hati
“Masyarakat Aboru memanggil katong “Mari disini jua Jang kamana-mana lai, mari di rumah jua”, jadi semuanya terjadi tampa pengungsi harus diatur oleh Pemerintah Negeri Aboru maupun Negeri Kariu, karena hubungan ini sudah terbangun sebelumya sebagai orang sudara,” ucapnya.
Hal yang sama disampaikan Raja Negeri Aboru Martinus Sinai bahwa, sampai saat ini tenda-tenda pengungsi belum didirikan akibat belum melakukan pembersihan lahan dan penataan terhadap logistik bantuan yang selalu masuk.
“Kerena dibutuhkan tenaga dari masyarakat untuk membantu mengangkat bahan sembako atau bantuan yang terus berdatangan dari berbagi tempat, namun kami akan kerjakan semua ini pada besok hari Minggu untuk pembersihan lahan mendirikan tenda pengungsi.” Kata Sinai kepada wartawan, Sabtu, (29/1/22) di Negeri Aboru.
Untuk sementara ini lanjut Martinus, masyarakat Kariu masih menempati rumah-rumah warga dan SD Negeri Satu Aboru. Selaian itu dirinya meminta kepada pemerintah untuk dapat menyiapkan bantuan sarana air bersih dan MCK.
“Harapan kami Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas PUPR untuk segera dapat merealisasikan bantuan pipa paralon air leter L dan pipa leter T serta tempat penampungan atau tandon air untuk kebutuhan air bersih dan tempat untuk menampung tinja, karna itu sangatlah diperlukan. Tentunya kita juga akan melakukan pengalian saluran air untuk WC umum tempat mandi bagi warga pengungsi, dan Pemerintah Daerah untuk segera dapat melihat apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Kariu yang mengungsi di Aboro,” pintanya Sinai. (KJ.07)